Suatu Hari di Pantai Sanur




Pantai itu batas antara 2 dimensi. Batas dan juga garis pertemuan antara 2 makhluk yang berbeda alam dan cara hidupnya. Batas dimana oksigen yang sama bisa tampil dalam bentuk yang berbeda. Pantai juga kerap menjadi wadah penampung kegundahan hati yang ditumpahkan lewat jeritan yang diharap sampai pada tempat nan tak bertepi. Menghantarkan rindu yang hadir bersama sendu saat waktu terus berlalu tanpa pernah bertemu. Pantai juga tempat kita melambai dan berpisah secara visual dengan mentari yang terbenam seolah itu mengakhiri satu hari. Perpisahan yang secara faktual sebenarnya tak terjadi. Hanya mentari tak terlihat lagi bukan berarti dia pergi. Sama dengan kekasih hati, saat ia tak hadir di sisi bukankah ia tak beranjak dari relung hati ? Pantai juga anehnya menjadi tempat melabuh harap untuk berjumpa dengan cahaya yang dianggap pertama. Benarkah cahaya mentari pagi adalah cahaya pertama yang mengawali hari ? Bukankah akan ada setiap pagi di setiap pantai di seluruh negeri ? Bukankah Allah telah menghadirkan cahaya bahkan sebelum kita menyadari IA lah sumbernya. Sama seperti kehadiranmu,yang hangatnya selalu terasa bahkan saat ku tak tahu dimana kau berada. Ku tahu kau akan selalu ada, entah untukku atau untukmu sendiri. 

Aku tak peduli, karena tentu itu bukan hakku untuk memaksamu butuh kehadiranku. Ku akan terus belajar mencinta tanpa berharap kau akan melakukan hal yang sama. Karena aku cinta kau sebagaimana cintanya mentari pada embun pagi. Karena cintanya maka embun pagi akan pergi, hilang dan mungkin takkan kembali untuk kemudian diganti oleh embun yang mungkin tak sama di esok hari. Mungkin juga engkau embun pagiku, tapi akupun tak yakin bahwa engkau yang mendusin disisiku pagi ini adalah engkau yang kemarin. Pasti engkau berbeda, rasamu, tubuhmu, hembus nafasmu,dan hatimu, atau bahkan cintamupadakupastilah tak sama. Akupun mungkin tak mau jika kau adalah kau yang kemarin,apalagi jikakau yang dulu. Cintamu takkan pernah sama, cintamu mungkin juga seperti cintaku,akan bertumbuh atau juga bisa justru melayu. Tapi apapun itu aku tak peduli dengan cintamu, yang aku tahu hanya tentang cintaku padamu. Sebagaimana cintanya matahari pada embun pagi, sebagaimana cintanya ombak pada karang yang menjulang tinggi. Cinta mereka menghancurkan, cinta mereka menggerus makna, dan cinta mereka menghilangkan keakuan dan keberadaan. Jadi apa itu cinta ? Tanya ikan buntal di sela rumput lamun yang tersibak oleh si gadis manyun yang berjalan sambil tertegun. Ya, apa itu cinta ? Tanya si bintang laut padaketam yang mengerat......

Silahkan untuk melanjutkan membaca download file berikut....
http://www.mediafire.com/view/7n13m3e016y6ucm/SUATU_HARI_DI_PANTAI_SANUR.pdf

0 komentar:

Post a Comment