MENGENAL KANKER LEHER RAHIM DAN PAYUDARA


     Salah satu permasalahan kesehatan yang kerap dihadapi oleh kaum wanita, terutama di negara-negara berkembang adalah keganasan atau kanker. 2 kanker yang dikenal sebagai "pembunuh" utama wanita adalah kanker leher rahim dan kanker payudara. Kanker serviks pada stadium dini sering tidak menunjukan gejala atau tanda-tandanya yang khas, bahkan acapkali tanpa gejala sama sekali (silence). Salah satu gejala tidak khas yang sebenarnya sering dijumpai adalah keputihan. Tetapi karena keputihan kerap dianggap sebagai masalah kewanitaan yang "bisa-biasa" saja, maka gejala dan tanda awal keganasan ini sering luput diperhatikan. Padahal keputihan adalah "peringatan" dini dari berbagai kelainan di sistem reproduksi. Memang dalam ilmu ginekologi keputihan terdiri atas keputihan normal (fisiologis) dan yang bersifat patologis. Simak paparan dr.Boyke Dian Nugraha, SpOG, MARS berikut :

1. Fisiologis, dengan ciri:
- Tidak gatal, tidak berbau.
- Lendir berwarna bening.
- Terjadi hanya pada masa subur (wanita usia 20-40-an).
- Terjadi menjelang haid.
- Karena stres, kelelahan, celana dalam terlalu ketat.

2. Patologis, dengan ciri:
- Keluar lendir berlebihan disertai infeksi.
- Gatal, pedih, vagina kemerahan.
- Lendir berubah warna. 



    Padahal jika kita simak gejala dan tanda kanker leher rahim di bawah ini, kita akan segera menyadari bahwa keputihan sebenarnya bahkan sudah termasuk tanda dari kelainan yang bersifat lanjut. Gejala yang sering timbul pada stadium lanjut antara lain adalah :
  1. Pendarahan sesudah melakukan hubungan intim (contact bleeding).
  2. Adanya keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita.
  3. Pendarahan pasca menopause.
  4. Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau atau   bercampur darah, nyeri panggul atau tidak dapat buang air kecil.
     Yang tidak kalah penting untuk diidentifikasi adalah faktor-faktor penyebab kanker leher rahim. Pengetahuan yang memadai tentang faktor penyebab disertai cara penularan atau cara pencegahannya akan mengurangi resiko seorang wanita terkena kanker leher rahim. Lebih dari 95 persen kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi HPV (Human Papiloma Virus) yang dapat ditularkan melalui aktivitas seksual. Saat ini sudah terdapat vaksin untuk mencegah infeksi HPV khususnya tipe 16 dan tipe 18 yang diperkirakan menjadi penyebab 70 persen kasus kanker serviks di Asia.

     Faktor penyebab seperti virus HPV dapat masuk dan memicu munculnya kanker leher rahim apabila difasilitasi atau "diundang". Proses undangan itu berupa beberapa aktivitas yang beresiko tinggi dan dapat menjadi jalan masuk ataupun memicu pertumbuhan sel-sel kanker. Beberapa faktor risiko yang sudah teridentifikasi dapat menimbulkan kanker serviks antara lain:
  1. Mulai melakukan hubungan seksual pada usia muda.
  2. Sering berganti-ganti pasangan seksual.
  3. Sering menderita infeksi di daerah kelamin.
  4. Melahirkan banyak anak.
  5. Kebiasaan merokok (risiko dua kali lebih besar).
  6. Defisiensi vitamin A,C,E.



Mengingat kanker leher rahim atau Ca Cervix ini pada tahap awal jarang menimbulkan gejala dan tanda yang khas, maka sebaiknya seorang wanita selain melakukan tindakan preventif dengan menghindari faktor-faktor resiko, juga secara rutin melakukan proses pemeriksaan dini secara rutin atau berkala. Mengapa ? Kanker leher rahim sudah dapat dikenali pada tahap pra kanker, yaitu dengan cara melakukan antara lain pemeriksaan penapisan (skrining), artinya melakukan pemeriksaan tampa menunggu keluhan. Beberapa medote skrining telah dikenal, yaitu antara lain: pap smear dan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA).


Pap smear atau hapusan papanicolou adalah sebuah metoda pengambilan sampel jaringan dari daerah leher rahim yang disebut squamocollumnair junction, yang merupakan daerah paling rentan dan mudah terstimulasi menjadi lesi pra kanker. Proses pap smear ini secara sederhana dapat digambarkan sebagai proses mengecat jaringan leher rahim di atas gelas obyektif, laluy hasil pengecatan tersebut akan dinilai (dievaluasi) dan dicermati ada atau tidaknya perubahan sel leher rahim yang bersifat abnormal. Proses pengambilan sampelnya juga tidak sulit dan menyakitkan, kira-kira rangkaian prosesnya seperti berikut ini: pemeriksaan pap smear dilakukan di atas kursi periksa kandungan oleh dokter atau bidan yang terlatih, dengan menggunakan alat untuk membantu membuka vagina (spekulum cocor bebek). Ujung leher rahim ( daerah squmocollumnair junction) diusap dengan spatula untuk mengambil cairan yang mengandung sel-sel dinding leher rahim. Usapan ini kemudian diperiksa jenis sel-selnya di bawah mikrosop. Apabila hasil pemeriksaan positif (terdapat sel-sel yang tidak normal), harus segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan oleh dokter ahli kandungan.


     Pemeriksaan pap smear bagi wanita yang sudah menikah dianjurkan untuk dilakukan minimal sekali setahun. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kanker leher rahim adalah Inspeksi Visual dengan Asam Asetat. Metoda pemeriksaan ini murah dan cukup efektif untuk mendeteksi adanya lesi awal pra kanker. Cara pemeriksaan leher rahim berdasar teknik IVA adalah dengan cara melihat langsung leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5 persen. Bila setelah pulasan asam asetat 3-5% ada perubahan warna, yaitu tampak bercak putih, maka kemungkinan ada kelainan tahap pra kanker leher rahim.
    Pemeriksaan penapisan kanker leher rahim saat ini sudah dapat dilakukan di puskesmas, klinik, bidan, dokter umum, dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dan tentu saja rumah-rumah sakit.


    Upaya pencegahan lain yang cukup efektif dan bersifat protektif adalah dengan vaksinasi. Mengingat lebih dari 95 persen kanker leher rahim diduga disebabkan oleh virus HPV maka vaksinasi terhadap HPV ( tipe 16 dan 18) diharapkan dapat mengurangi resiko terjadinya kanker. Virus HPV tipe 16 dan 18 merupakan penyebab utama kanker leher rahim di Asia. 70% kanker leher rahim di Asia disebabkan oleh infeksi virus HPV tipe 16 dan 18. Upaya pncegahan ini sudah waktunya untuk digalakkan dan disosialisasikan, mengingat saat ini usia penderita kanker leher rahim telah menjadi semakin muda. Data yang dirilis oleh bagian kebidanan dan kandungan Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2009, tercatat usia pasien termuda adalah 21 tahun. Padahal data epidemiologi terdahulu menunjukkan bahwa usia rerata penderita kanker leher rahim adalah di atas 40 tahun. Kondisi ini menunjukkan makin intensnya faktor resiko dan penyebab memapari kaum wanita, sehingga kemungkinan untuk mengidap kanker di masa kini menjadi jauh lebih tinggi dibandingkan di masa lalu.

    Penyakit keganasan (neoplasma) lain yang kerap menyerang kaum hawa adalah kanker payudara. Kanker yang satu ini sesuai dengan namanya terdapat dan bersarang di daerah kelenjar payudara. Gejala awal dan umunya kurang lebih demikian, gejala awal kanker payudara dapat berupa adanya benjolan pada payudara. Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri, benjolan itu mula-mula kecil, makin lama makin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu. Terjadi radang yang menimbulkan erosi atau eksema puting susu. Akibatnya kulit atau puting susu tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi edema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (peau d'orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu makin lama makin besar dan mendalam sehingga dapat merusak hampir seluruh jaringan payudara. Acapkali berbau busuk, dan mudah terjadi perdarahan, terutama pada daerah puting susu. Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul kalau tumor sudah besar, sudah timbul borok, atau kalau sudah ada metastase ke tulang-tulang. Kemudian timbul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh (Handoyo, 1990). Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengacu kepada kriteria Heagensen sebagai berikut: terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara); adanya nodul satelit pada kulit payudara; kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa; terdapat model parasternal; terdapat nodul supraklavikula; adanya edema lengan; adanya metastase jauh; serta terdapat dua dari tanda-tanda lokal radikal seperti ulserasi kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain. (Wikipedia Indonesia, 2009). Secara umum kanker payudara terbagi atas kanker dengan sel yang sensitif terhadap hormon estrogen (memiliki reseptor estrogen) dan kanker dengan sel yang tidak sensitif terhadap estrogen.




Hasil pemotretan mammografi, paling kiri normal dan gambar kanan tampak massa tumor


    Faktor resiko dan penyebab kanker payudara banyak dikaitkan dengan gaya hidup dan perilaku seorang wanita. Diet tinggi lemak, pajanan radiasi elektromagnetik, dan radiasi pengion, serta aktivitas radikal bebas sering dikaitkan dengan insidensi kanker payudara. Tidak pernah melahirkan, menopause yang tertunda, dan uasia pertama kali haid yang terlalu dini juga dianggap bertanggungjawab terhadap terjadinya kanker payudara. Secara genetik adanya polimorfisme atau mutasi pada gen-gen BRCA (1,2, dan 3) akan meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara. Pemberian hormon dari luar (sulih hormon) yang tidak hati-hati dan dalam dosis proporsional diduga juga merupakan salah satu penyebab kanker payudara.

    Apabila pada kanker leher rahim terapi pembedahan lokal dapat dijadikan modul terapi utama pada kasus yang terdeteksi dini, maka pada kanker payudara pembedahan biasanya bersifat radikal dan akan diikuti oleh serangkaian proses radioterapi, dan pemberian zat-zat kemoterapi. Obat-obat kemoterapi modern sudah jauh lebih efektif dn lebih tepat sasaran Khusus pada kanker payudara yang memiliki sensitifitas terhadap estrogen sudah terdapat obat obat yang spesifik dan terbuat dari antibodi monoklonal terhadap reseptor faktor pertumbuhan c-erb B2. Obat tersebut bernama Trastuzumab.

    Cara preventif yang paling efektif adalah melakukan pemeriksaan payudara sendiri ( sadari) secara rutin. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya benjolan ( tumor), lesi atau borok kecil, rasa nyeri, dan keluarnya cairan abnormal dari puting susu. Kadangkala di usia pubertas atau remaja dewasa terdapat benjolan di payudara. Apabila tidak disertai keluhan-keluhan dan gejala lain yang mengarah kepada kanker payudara, benjolan itu biasanya hanyalah fibroma atau fibrokistik, yaitu penebalan dari jaringan ikat yang tidak membahayakan.

    Simak cara-cara pemeriksaan payudara sendiri yang terdapat di dalam gambar-gambar petunjuk berikut :




    Sekali lagi, jika anda menjumpai gejala dan tanda-tanda yang tidak lazim mohon segera menghubungi petugas kesehatan yang berkompeten untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Penemuan secara dini kasus-kasus kanker adalah kunci untuk kesuksesan proses terapi. Ayo peduli dan jadilah wanita yang cantik dan sehat seutuhnya !

1 komentar:

Subhanallah. Artikel yg sgt menarik. Mudah2an bs jd bhn edukasi utk para wanita Indonesia Insya Allah mencegah jauh lbh baik drpd mengobati

Post a Comment